PELESTARIAN KAMPUNG WISATA JETISHARJO YOGYAKARTA DENGAN KONSEP SMART MOBILITY
PELESTARIAN KAMPUNG WISATA JETISHARJO YOGYAKARTA DENGAN KONSEP SMART MOBILITY
Anugerah
Septiaman Harefa
Program
Studi Magister Arsitektur/Fakultas Arsitektur dan Desain/Universitas Kristen
Duta Wacana.
Abstrak
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah
satu Provinsi di Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan wisata alam dan
budayanya yang sangat kental. Menjadi Provinsi ke dua dengan tingkat wisatawan
tertinggi setelah Provinsi Bali, Yogyakarta menyajikan berbagai macam destinasi
wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Kampung Wisata Jetisharjo merupakan salah satu diantara sekian banyak
Kampung Wisata yang sedang dikembangkan, banyak terobosan yang telah dilakukan,
sehingga Kampung Jetisharjo mengalami banyak perubahan. Kampung Jetisharjo
secara smart mobility masih memiliki
banyak kelemahan yaitu akses menuju lokasi masih sangat minim, dikarena masih
belum bisa dilalui oleh kendaraan roda 4, belum ada pembagian jalan khusus
pejalan kaki dan kendaraan, Peta lokasi tidak ada dan akses informasi secara online untuk mengetahui lokasi sangat
minim. Tujuan penelitin ini adalah mengetahui penyebab minimnya aspek smart
mobility di Kampung Jetisharjo. Metode pengumpulan data dengan
observasi, survei data sekunder dan wawancara. Metode menganalisis data dengan
mengolah hasil survei yang
didapatkan dengan 4 prinsip Pedoman Pengembangan Kampung
Wisata. Kesimpulannya, cara pelestarian Kampung Jetisharjo sebagai destinasi
wisata terwujud dengan 4 prinsip tersebut.
Kata-kunci
: Pelestarian, pengembangan, wisata
Pendahuluan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah
satu Provinsi di Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan wisata alam dan
budayanya yang sangat kental. Menjadi Provinsi ke dua dengan tingkat wisatawan
tertinggi setelah Provinsi Bali, Yogyakarta menyajikan berbagai macam destinasi
wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal.
Sangat banyak destinasi wisata yang bisa
dikunjungi oleh wisatawan saat berkunjung ke Yogyakarta, beberapa yang sangat
populer antara lain Jalan Malioboro, Monumen Tugu, Keraton, Candi Prambanan, Kampung Wisata dan masih banyak lagi destinasi wisata
lainnya. Daya tarik dari destinasi wisata tersebut membuat wisatawan betah
berada di Yogyakarta. Destinasi wisata yang saat
ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Daerah Istimewah Yogyakarta yaitu
Kampung Wisata.
Gambar 1. Kampung
Jetisharjo
Sumber: Dokumentasi Harefa, 2018
Kampung Wisata Jetisharjo merupakan salah satu
diantara sekian banyak Kampung Wisata yang sedang dikembangkan, banyak
terobosan yang telah dilakukan, sehingga Kampung Jetisharjo mengalami banyak
perubahan.
Inovasi yang terus dilakukan tentunya menghasilkan
banyak perubahan walau tidak singnifikan. Di Kampung wisata Jetisharjo yang
masih tahap perkembangan, secara smart
Mobility (Transportasi) yang
merupakan salah satu aspek dalam konsep Smart city, secara umum masih sangat
tertinggal jauh dibanding Kampung wisata lain. Banyak hal secara smart mobility yang perlu di tingkatkan
di Kampung wisata jetisharjo.
Kekurangan-kekurangan yang tampak secara smart mobility yaitu akses menuju lokasi
masih sangat minim, dikarena masih belum bisa dilalui oleh kendaraan roda 4,
belum ada pembagian jalan khusus pejalan kaki dan kendaraan, Peta lokasi tidak
ada dan akses informasi secara online
untuk mengetahui lokasi sangat minim.
Gambar 2.
Sirkulasi Kampung Jetisharjo
Sumber: Dokumentasi Harefa, 2018
Sangat banyaknya aspek yang secara smart mobility
yang belum terpenuhi, sehingga bila dilakukan peningkatan, tentunya menambah
nilai positif bagi kampung Jetisharjo. Tujuan penelitin ini adalah mengetahui
penyebab minimnya aspek smart mobility di Kampung Jetisharjo.
Kajian
Pustaka
Pelestarian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008;820), pelestarian
berarti proses, cara, perbuatan melestarikan; perlindungan dari kemusnahan atau
kerusakan, pengawetan, konservasi sumber-sumber alam, pengelolaan sumber daya
alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Pelestarian dapat dilakukan dengan penerapan
konsep pembangunan di sektor pariwisata dikenal dengan konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan (Sustaniable
tourism development), yang pada intinya mengandung pengertian pembangunan pariwisata
yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan langsung dari masyarakat
setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya yang
berorientasi jangka panjang. Menurut
Sukma (2015), Konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan tersebut pada intinya menekankan empat (4) prinsip,
yaitu:
1. Layak
secara Ekonomi
(Economically Feasible)
2. Berwawasan
lingkungan
(Environmentally Feasible)
3. Dapat
diterima secara sosial
(Socially Acceptable)
4. Dapat
diterapkan secara teknologi (Technologically
Appropriate).
Wisata
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 9
tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisata di Indonesia
sangat banyak yang menyajikan pesona dan keindahan masing-masing. Rumah adat
merupakan jenis wisata yang sangat unik untuk di kunjungi di Indonesia, karena
memiliki beragam jenis rumah adat tiap daerahnya.
Smart
Mobility
Sistem pergerakan yang memungkinkan terjadinya
pemenuhan kebutuhan dengan pergerakan seminim mungkin dan secepat mungkin dan
sebuah konsep pemanfaatan teknologi dalam bidang transportasi secara
berkelanjutan dengan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi serta kecelakaan
berkendara yang berpotensi di timbulkan.
Metode
Penelitian
Studi ini menggunakan metode kualitatif dan
memakai pendekatan naratif.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan observasi, survei
data sekunder dan wawancara. Observasi fisik dengan merekam secara video maupun
foto tentang keadaan Kampung Jetisharjo dan lingkungannya. Data sekunder digunakan untuk
menunjang proses studi dan wawancara dilakukan kepada warga sekitar.
Metode Menganalisis Data
Metode menganalisis data dari aspek smart mobility dengan
mengolah hasil survei yang didapatkan dengan 4 prinsip yang terdapat pada Buku
Pedoman Pengembangan Kampung Wisata (2015).
Hasil
dan Pembahasan
Keadaan lingkungan Kampung wisata Jetisharjo harus
terus dipertahankan dan ditingkatkan secara smart
mobility. Di bawah ini hasil survei dan pembahasan tentang Pelestarian Kampung
wisata Jetisharjo melalui 4 prinsip yang terdapat pada Buku Pedoman , Sukma
(2015). Pembahasannya sebagai berikut.
1. Layak secara Ekonomi
(Economically Feasible)
Prinsip
Economically Feasible, menekankan
bahwa proses pembangunan harus layak secara ekonomi, dilaksanakan secara
efesien untuk dapat memberikan nilai manfaat ekonomi yang berarti baik bagi
pembangunan wilayah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat local (Sukma, 2015).
Sehingga, secara ekonomi Kampung Jetisharjo yang telah inovasi perlu melakukan
peningkatan. Sektor ekonomi merupakan aspek yang penting, karena dengan
terjaminnya ekonomi warga , tentunya meningkatkan niat dan kesadaran warga
untuk tetap mempertahakan keberlangsungan kehidupan mereka ditempat tersebut. Warga
Kampung Jetisharjo memiliki beberapa jenis pekerjaan yang bisa terus berkembang.
Pekerjaan yang terdapat di Kampung Jetisharjo berdasarkan hasil wawancara dan
survei langsung yaitu mayoritas bekerja sebagai petani dan sisanya sebagai Pedagang, penjual kuliner, buruh dan pegawai
swasta, bertumbuhnya aspek ekonomi tidak terlepas dari kemudahan informasi dan
akses menuju lokasi, sehingga konsep smart mobility tidak bisa terlepas dari
aspek ekonomi.
2. Berwawasan lingkungan
(Environmentally Feasible)
Dalam hal lingkungan menekankan bahwa proses pembangunan harus tanggap dan
memperhatikan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan (alam maupun budaya),
dan seminimal mungkin menghindarkan dampak negatif yang dapat menurunkan
kualitas lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi (Sukma, 2015). Keadaan
lingkungan Kampung Jetisharjo berdasarkan pengamatan langsung secara umum masih
terawat dan dilewati sungai alami, dikelilingi oleh pepohonan rindang, namun
tanpa adanya kesadaran dan perhatian dari warga, organisasi sosial dan
pemerintah, bisa memperburuk lingkungan.
Gambar 5. Lingkungan Kampung Jetisharjo
Sumber: Dokumentasi Harefa, 2018
3.
Dapat diterima secara sosial
(Socially Acceptable)
Dapat diterima secara sosial yaitu menekankan bahwa proses pembangunan secara smart mobility harus dapat diterima secara sosial,
dimana upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan agar memperhatikan
nilai-nilai, norma-norma yang ada dilingkungan masyarakat, dan bahwa dampak
pembangunan tidak boleh merusak tatanan tersebut (Sukma, 2015).
Gambar 6. Kearifan lokal yang masih terasa
Sumber: Dokumentasi Harefa , 2018
Dalam proses pelestarian Kampung Jetisharjo sebagai Kampung wisata,
pembangunan yang dilakukan tentunya sangat mendukung semua aspek yang ada berdasarkan
pengamatan langsung. Tindakan yang perlu dilakukan secara sosial untuk
mempertahakan kerberlanjutan yaitu rutin melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terutama generasi muda dan adanya pemberdayaan masyarakat Kampung
Jetisharjo sehingga lebih pro aktif.
4. Dapat diterapkan secara teknologi
(Technologically Appropriate).
Pembangunan dalam aspek teknologi yang merupakan fokus dari aspek smart mobility menekankan bahwa proses pembangunan
yang dilaksanakan secara teknis dapat diterapkan, efesien dan memanfaatkan
sumberdaya lokal dan dapat diadopsi oleh masyarakat setempat secara mudah untuk
proses pengelolaan yang berorientasi jangka panjang (Sukma, 2015). Aspek penting
dalam pembangunan yaitu secara teknologi, dimana aspek teknologi ini yang
membuat Kampung Jetisharjo lebih bertahan dan berkembang di era seperti
sekarang ini, dimana segala hal sangat berkaitan dengan teknologi. Seperti
hasil survei di Kampung Jetisharjo, pengetahuan warga terhadap teknologi masih
sangat minim, sehingga untuk mengakses informasi dan mempromosikan hasil dari
kerajinan tidak dapat dilakukan. Dalam proses ini, secara teknologi pelestarian
Kampung Jetisharjo bisa dilakukan dengan pelatihan penggunaan teknologi kepada
warga, pembangunan sarana yang lebih efisien untuk lingkungan, sarana promosi, kemudahan dalam mengakses keberadaan
lokasi oleh calon wisatawan dan dibuatnya website maupun
aplikasi khusus Kampung Jetisharjo.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pelestarian Kampung
Jetisharjo dengan konsep Smart Mobility
dapat diwujudkan melalui pembangunan berdasarkan 4 prinsip menurut sukma (2015),
karena semua aspek yang ada saat ini memenuhi untuk terus dikembangkan. Sehingga secara
sederhana pembangunan Kampung Jetisharjo
dapat diwujudkankan dengan sasaran utama pencapaian, yaitu :
Empat Prinsip
|
Pelestarian
yang dilakukan
|
Ekonomi
|
·
Promosi hasil kerajinan
·
Pengembangan bidang usaha dengan memberi permodalan
·
Festival budaya yang rutin
|
Lingkungan
|
·
Adanya edukasi
·
Kesadaran masyarakat setempat agar tetap menjaga lingkungannya
·
Peningkaan infrastruktur (Jalan, peta dan penunjuk
arah)
·
Menjaga keadaan lingkungan.
|
Sosial
|
· Melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terutama generasi muda
· Adanya
pemberdayaan masyarakat Kampung Jetisharjo, sehingga lebih pro aktif.
|
Teknologi
|
·
Pelatihan pengguanaan teknologi kepada warga
· Penggunaan
material yang lebih baru untuk fisik bangunan
· Pembangunan
sarana yang lebih efisien untuk lingkungan
· Sarana promosi
· Kemudahan dalam
mengakses keberadaan lokasi oleh calon wisatawan
·
Adanya
website maupun aplikasi khusus Kampung Jetisharjo
|
Sumber:
Hasil Analisis, 2018
Sehingga dengan
melakukan pembangunan terhadap 4 prinsip diatas, Pelestarian desa Kampung
Jetisharjo bisa diwujudkan.
Saran yang bisa disampaikan: kiranya Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dapat bersama-sama memberikan perhatian terhadap pelestarian Kampung
Jetisharjo melalui pembangunan 4 aspek yaitu ekonomi, lingkungan, sosial dan
teknologi. Sehingga dengan demikian, Kampung Jetisharjo menjadi destinasi
wisata yang berkembang dengan peningkatan konsep smart mobilty.
Daftar
Pustaka
Pendit , Nyoman S. 1986. Ilmu Pariwisata. Jakarta.
PT.
Pradnya Paramita.
Sukma, I Nyoman. 2015. Pedoman
Pengembangan
Kampung
Wisata. Denpasar Bali. Pustaka Lasaran.
Republik
Indonesia. 1990. Undang-Undang
No. 9
Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Negara RI
Tahun 1992, No. 3.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik
Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 9
Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Negara RI
Tahun 1992, No. 1. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004)
Anonim. 2015. Suka Jepang.
indah-di-jepang/ (diakses tanggal
20
Agustus 2018).
Komentar
Posting Komentar